Lima puluh tahun dari sekarang, nama kami akan dikenal diseluruh dunia…dan akan bersaing dalam inovasi dan kualitas dengan kompetitor dimanapun didunia.…. Saat itu, “Made in Japan” akan berarti sesuatu yang bagus, bukan sesuatu yang jelek (Sony, tahun 1950-an)
Barangkali kita semua sering mendengar kata ‘visi dan misi’ dalam pembicaraan sehari-hari, di koran, maupun di diskusi di tv. Saking populernya dua kata ini, hampir semua golongan dari petinggi di perusahaan besar, mahasiswa, anggota DPR, menteri, sampai sopir taksi rata-rata fasih menyisipkan kata ‘visi dan misi’, contohnya:
Mahasiswa: “Pemerintahan Mega tidak punya visi dan misi yang jelas!”
Politikus [busuk]: ”Karena visi dan misi kita sejalan, koalisi partai sah-sah aja..apalagi kami sudah lama bekerja sama”
Bos perusahaan besar:”Karena profit tahun ini menurun, menejemen memutuskan untuk mengadakan special meeting di Hawaii untuk menganalisa dan memperbaiki visi dan misi perusahaan kita”
Seperti layaknya kata-kata lain yang mengalami inflasi makna (seperti globalisasi, demokrasi, reformasi,dll), maka ‘visi dan misi’ juga begitu. Kebanyakan orang pada akhirnya menganggap bahwa visi dan misi hanyalah rangkaian kata-kata panjang yang dibingkai di conference room ataupun di website suatu organisasi/perusahaan. Tidak heran kalau Dilbert mendefinisikan misi dan visi sebagai berikut:
Misi: Rangkaian kalimat aneh dan ngga nyambung yang menunjukkan ketidakmampuan menejemen untuk berpikir jernih.
Visi: Sedikit lebih tak jelas dibanding misi
Jadi, apakah perlu mempunyai visi dan misi ?
Tentu saja perlu. Seperti kutipan dari visi Sony di tahun 1950-an diatas, saat itu Sony hanyalah perusahaan kecil yang baru mulai. Jepang juga baru bangun dari puing-puing Perang Dunia II, dari trauma Hiroshima-Nagasaki. Ungkapan bahwa “Made in Japan” akan menjadi sesuatu yang berarti sesuatu yang bagus dan berkualitas, pada saat itu benar-benar impian. Namun dengan visi yang sangat kuat, ternyata Sony tidak membutuhkan 50 tahun untuk mencapai visi tersebut ; di tahun 90-an Sony sudah menjadi salah satu merek yang sangat mendunia bahkan bisa dikatakan sudah “menjajah” negara-negara barat.
Visi dan misi memang perlu ; tapi yang lebih perlu adalah memahami apa sebenarnya makna dari kedua kata tersebut.
Visi menggambarkan keadaan yang ingin kita capai dimasa depan, sesuatu yang akan menjadi tujuan suatu organisasi dalam jangka panjang. Bangsa Indonesia pernah memiliki suatu angkatan yang sangat kuat visinya yakni Angkatan 1928. Angkatan inilah yang untuk pertama kalinya menyatakan bahwa Indonesia Merdeka adalah tujuan perjuangan mereka.
Misi digunakan untuk mendeskripsikan keadaan sekarang, siapakah kita, dimanakah kita sekarang (dari perspektif waktu), apa kekuatan kita, dan lain-lain. Dengan mengambil contoh angkatan 28, kita bisa katakan bahwa misi mereka adalah kalimat dalam Sumpah Pemuda “Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku berbangsa satu, Bangsa Indonesia.
Sehingga jelaslah, cara atau wahana yang membawa kita dari keadaan sekarang untuk mencapai cita-cita yang diinginkan itulah yang disebut strategi. Rencana pembangunan lima tahun termasuk dalam strategi. Business planning suatu perusahaan termasuk strategi.
Kesimpulannya, visi dan misi suatu organisasi/perusahaan/bangsa bolehlah panjang ataupun malah pendek-pendek saja, yang penting maknanya bisa dipahami. Yang utama adalah visi dan misi itu benar-benar memberikan inspirasi kepada anggotanya/karyawannya/rakyatnya untuk berusaha keras mencapai tujuan.
Jumat, 12 November 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar